Sabtu, 05 April 2014

KH.Zainuddin MZ - Peringatan Maulid Nabi - 1

KETIKA RABI’AH ADAWIYAH DILAMAR HASAN AL-BASHRI


Alkisan. Ketika suami waliyyatullâh Rabi’ah al-‘Adawiyah wafat, Hasan Al-Bashri (ulama tabiin) dan beberapa orang sahabatnya meminta izin untuk masuk ke dalam rumah Rabi’ah Adawiyah. Lalu, Rabi’ah pun mengizinkan mereka masuk sambil mengulurkan tabir dan duduk di belakang tabir.
Imam Hasan Al-Bashri dan para sahabatnya berkata, “Sekarang, suamimu telah tiada, maka pilihlah di antara kami ini, orang-orang yang zuhud, siapakah yang kamu mau untuk dijadikan suami?”
Lalu Rabi’ah menjawab, “Baik. Sebenarnya aku menyukai dan memuliakan kalian semua. Namun, aku ingin bertanya kepada kalian siapakah di antara kalian yang paling alim untuk kujadikan sebagai suamiku yang baru?”
Sebelum Hasan Al-Bashri sempat membuka mulut, para sahabatnya telah menjawab lebih dahulu, “Orang yang paling alim di antara kami adalah Hasan Al-Bashri.”
Maka Rabi’ah berkata, “Jika engkau bisa menjawab beberapa pertanyaan dariku, maka aku bersedia menjadi istrimu!”
Imam Hasan Al-Bashri pun segera menjawab, “Tanyalah, jika Allah memberiku petunjuk untuk menjawab, maka aku akan menjawab pertanyaanmu.”
Rabi’ah lalu melontarkan pertanyaan pertama: “Bagaimana menurutmu, seandainya aku meninggal, apakah aku akan meninggalkan dunia ini sebagai orang Islam atau sebagai orang kafir?”
Imam Hasan Al-Bashri menjawab, “Masalah kematian berikut tanda-tandanya adalah masalah gaib bagi makhluk.”
Rabi’ah lalu melontarkan pertanyaan kedua: “Bagaimana menurutmu, seandainya aku sudah dimasukkan ke liang kubur, lalu Malaikat Munkar dan Nakir bertanya kepadaku, apakah aku mampu menjawab pertanyaan mereka atau tidak?”
Imam Hasan menjawab, “Mengetahui mampu-tidaknya seseorang untuk menjawab pertanyaan kedua malaikat itu adalah juga sama seperti masalah gaib yang ditanyakan sebelumnya.”
Kemudian, Rabi’ah Adawiyah menyampaikan pertanyaan ketiga: “Jika manusia dikumpulkan di tempat perhentiannya pada Hari Kiamat, sementara buku-buku catatan berterbangan (di Hari Kiamat, buku-buku catatan amal perbuatan yang ditulis Malaikat yang selalu dijaga dari tempat penyimpanannya di bawah Arsy yang kemudian atas perintah Allah SWT buku-buku itu berterbangan, lalu menempel di leher pemiliknya. Setelah itu, Malaikat mengambilnya untuk diserahkan kepada pemilik buku tersebut), lalu sebagian manusia ada yang diberikan buku amalnya dari sebelah kanan atau dari arah depan yang menandakan bahwa orang itu adalah orang Mukmin yang taat. Sedangkan, sebagian lagi ada yang diberikan dari sebelah kiri atau dari arah belakang yang menandakan bahwa dia adalah orang kafir. Menurutmu, apakah aku akan diberikan buku catatan amal dari sebelah kananku atau dari sebelah kiriku?”
Imam Hasan menjawab, “Mengetahui pemberian buku amal perbuatan juga masalah gaib.”
Rabi’ah kemudian mengajukan pertanyaan keempat, “Jika sekelompok manusia di Hari Kiamat dipanggil untuk masuk ke dalam surga dan sekelompok lain masuk ke dalam neraka, apakah aku akan termasuk penghuni surga ataukah penghuni neraka?”
Imam Hasan juga menjawab, “Mengetahui apakah engkau termasuk penghuni surga atau penghuni neraka adalah juga sebuah masalah gaib.”
Setelah mendengar jawaban Hasan Al-Bashri, Rabi’ah pun berkata, “Apakah seseorang yang gelisah terhadap keempat pertanyaan seperti itu membutuhkan suami atau mau menghabiskan waktunya hanya untuk memilih suami?”